A. Definisi
Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer,
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan
dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat –
akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal
mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
B. Pengertian
Pragmatisme
Istilah
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan (action)
atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan
demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu
menuruti tindakan.
C. Latar
Belakang Pragmatisme
Pragmatisme
telah membawa perubahan yang besar tehadap budaya Amerika dari lewat abad ke 19
hingga kini. Fasafah ini telah dipengaruhi oleh Charles Darwin dengan teori
evolusinya dan Albert Estein dengan teori relativitasnya. Falsafah ini
cenderung kepada falsafah Epistemologi (cabang dari filsafat yang menyelidiki
sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan) dan aksiologi (penyelidikan terhadap
nilai atau martabat dan tindakan manusia) dan sedikit perhatian terhadap
metafisik.
Pada awal
perkembangannya, Pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan
ilmu pengatahuan dan filsafat agar filsafat menjadi ilmiah dan berguna bagi
kehidupan praktis manusia.
Sehubungan
dengan masalah tersebut, Pragmatisme akhirnya berkembang menjadi suatu metode
yang memecahkan berbagai perdebatan filosofis-metafisik yang hampir mewarnai
seluruh perkembangan dan perjalanan filsafat sejak zaman yunani kuno (Guy
W.Stroth :1968). Dalam usahanya (filsuf) untuk memecahkan masalah – masalah
metafisik yang selalu menjadi bahasan berbagai filosofi itulah pragmatisme
menemukan suatu metode yang spesifik (metode khusus) yaitu dengan mencari
konsekuensi praktis dari setiap konsep atau gagasan dan pendirian yang di anut
masing-masing pihak. Metode tersebut di terapkan dalam setiap bidang kehidupan
manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang tindakan manusia maka
setiap bidang kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dari filsafat
pragmatisme.
Pada
akhirnya filsafat ini lebih terkenal sebagai suatu metode dalam mengambil
keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut kebijaksanaan
tertentu.
D. Tokoh – tokoh
Pragmatisme
Pragmatisme
mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1893-1942), yang kemudian
dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
1. Charles
Sanders Peirce
Charles
mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar) itu
benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan
Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary
thought(1974) menjelaskan bahwa peirce memformulasikan (merumuskan) tiga
prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :
·
Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak
lebih daripada kemurnian opini manusia.
·
Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang
pada akhirnya setuju dan mnerima keyakinan dari “community of knowers “
·
Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih
praktis dengan membuktikan bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang
terdapat dalam filsafat dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat
(komunitas).
2. William
James
William
selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya
“empirisme radikal”.
Menurut
James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yag benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya
yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu
asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman pribadi,
kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat.
Sedangkan
empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu unsur
alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Dalam bukunya The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut
James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded dan
Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan
empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.Sementara,
Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang
bersifat rasional.
Menurut
James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai kebenaran
dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan hasil-hasil yang
memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide dianggap benar apabila dapat
memberikan keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut membawa
kearah kebaikan.
Disamping
itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap pragmatisme,
sebagai berikut:
a.
Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan,
berhenti dan tak dapat di prediksi tetapi dunia benar adanya.
b.
Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi
sesuatu yang terjadi pada ide-ide daam proses yang dipakai dalam situasi
kehidupan nyata.
c.
Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi
keinginannya untuk percaya pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan
dengan pengalaman praktisnya maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.
d.
Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik
ketentuan yang absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya
mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita
tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
3. John Dewey
Dewey adalah
seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan
aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya,
tugas fiilsafat yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi
perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh
tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat
harus berpijak pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta mengolah
pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat
menyusun suatu system norma-norma dan nilai.
Instrumentalisme dalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Instrumentalisme dalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Sehubungan
hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau
terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang
tertentu. Oleh karena itu, penyelidakan dengan penilannya adalah alat(
instrumental) . jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yag bermacam-macam.
Menurut
Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap Dewey
dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meniliti tiga aspek dari yang kita
namakan instrumentalisme.
·
Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan
kemajuan nyata dalam waktu.
·
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat
hari esok dan tidak pada hari kemarin.
·
Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat
lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.
a. Konsep Dewey
tentang Pengalaman dan Pikiran
Pengalaman (experience) adalah salah
satu kata kunci dalam filsafat instrumentalisme. Filsafat Dewey adalah
“mengenai” (about) dan “untuk” (for) pengalaman sehari-hari. Pengalaman adalah
keseluruhan drama manusia dan mencakup segala proses “saling mempengaruhi” (
take and give) antara organisme yang hidup dalam lingkugan social dan fisik.
Dewey menolak orang yang mencoba menganggap rendah pengalaman manusia atau
menolak untuk percaya bahwa seseorang telah b erbuat demikian. Dewey mengatakan
bahwa pengalaman bukannya suaatu tabir yang menutupi mansia sehingga tidak
melihat alam; pengalaman adalah satu-satunya jalan bagan bagi manusia untuk
memasuki rahasia-rahasia alam.
Dunia yang ada sekarang ini, yakni
dunia pria dan wanita dunia sawah dan pabrik, dunia tumbuh-tumbuhan dan
binatang-binatang, dunia kita yang hiruk pikuk dan bangsa-bangsa yang berjuang
adalah dunia pengalaman kita. Kita harus berusaha memakinya dan kemudian
berusaha membeentuk sustu masyarakat dimana setiap orang dapat hidup dalam
kemerdekaan dan kecedasan.
Dalam perjalanan pengalaman
seseorng, pikiran selalu muncul untuk memmberikan arti dari sejumlah
situasi-situasi yang terganggu oleh pekerjaan diluar hipotesis atau membimbing
kepada perbuatan yang akan dilakukan. Kegunaan kerja pikiran, kataa Dewey,
tidak lain hanya merupakan cara untuk jalan untuk melayani kehidupan. Makanya,
ia denggan kerasnya menuntut untuk menggunakan metode ilmu alam (scientific
method) bag semua lapangan pikiran, terutama dalam menilai persolan akhlak
(etika), estetika, politik dan lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bisa
berubah bisa disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan hidup.
Menurut Dewey, yang dimaksud dengan
scientific method ialah cara yang dipakai oleh seseorang sehingga bisa
melampaui segi pemikiran semata-mata pada segi amalan. Dengan demikian, suatu
pikiran bisa di ajukan sebagaii pemecahan suatu kesulitan (to solve problematic
situation), dan kalau berhasil maka pikiran itu benar.
b. Dewey dan
Pendidikan progresif
Dewey memandang bahwa tipe
Pragmatismenya di asumsikan sebagai sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikasi
dalam masyarakat. Contoh hal tersebut adalah bahwa Dewey menawarkan dua metode
pendekatan dalm pengajaran yaitu:
• Problem solving method
Dengan metode ini, anak di hadapkan
pada berbagai situasi dan masalah-masalah yang menantang, dan anak didik di
beri kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah-masalah tersebut sesuai
dengan perkembanganya. Dengan metode semacam ini, tidak hanya mengandalkan guru
sebagai pusat informasi(metode pedagogy) di ambil alihlah oleh methode
andragogy(studi tentang aturan ) yang lebih menghargai perbedaan individu anak
didik.
• Learning by Doing
Konsep yang sangat di perlukan bagi
anak didik, supaya anak didik tetap bisa eksis dalam masyarakat bila telah
menyelesaikan pendidikannya maka mereka dibekali
keterampilan-keterampilanpraktis sesuai dengan kebutuhan masyarakat sosial.
E. Analisis Kritis atas Kekuatan dan
Kelemahan Pragmatisme
1) kekuatan Pragmatisme
a. kemunculan pragmatis sebagai
aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di Amerika Serikat,
telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan maupun teknologi.Pragmatisme
telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang
cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung
berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas
kebutuhan-kebutuhan dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat
pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai
(belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya bisa di
nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompo pragmatisme merupakan pendukung terciptanyademokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.
2) Kelemahan Pragmatisme
a. Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
c. Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.
b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompo pragmatisme merupakan pendukung terciptanyademokratisasi, kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.
2) Kelemahan Pragmatisme
a. Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.
c. Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijoyo, Harun, Dr. 2002. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Jakarta: Kanisius
Maksum, Ali.2009. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga
Postmoderenisme. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Ridwan, M.Drs.Dkk.Kamus Ilmiah Populer
Kurniawan, Budi. Surabaya:Jawara, Citra Pelajar Group.Tafsir Ahmad. Dr.
Prof. 2001.Filsafat Umum:Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
http://www.radicalacademy.com/amphilosophy7.htm
Mau dapetin bonus 50k di hari natal dan tahun baru gabung sekarang juga di www.donacobet.com agen poker online terpercaya yang menyediakan game komplite untuk kamu
BalasHapusPoker Online Terpercaya
Daftar Donacopoker
Donaco Poker
judi kartu online
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662