Legenda Romawi (Seri Legenda Dunia)Kita telah mengkaji
beberapa bab seputar sejarah filsafat Yunani, dari mulai Thales, Socrates
sampai Aristoteles. Menarik apa yang dikatakan Mohammad Hatta, beliau
mengilustrasikan sejarah filsafat Yunani sebagaimana pertumbuhan hidup manusia.
Masa kecilnya, menurut beliau, bermula dengan tampilnya Thales ke muka, Thales
melahirkan pandangan baru dalam alam pikiran Yunani. Masa ini berlanjut sampai
kepada Sokrates. Selanjutnya menuju ke masa gagah dan bijaksana (muda) ialah
masa filsafat klasik, yang puncaknya terdapat pada masa Aristoteles. Sesudah
masa Aristoteles berlalu, kata Hatta, maka selanjutnya adalah masa tua. Masa
tua itu meliputi masa yang sangat lama sekali, dari tahun 322 sebelum Masehi
sampai tahun 529 setelah Masehi. Delapan setengah abad lamanya, dari meninggalnya
Aristoteles sampai ditutupnya sekolah filsafat yang penghabisan oleh Kaisar
Bizantin, Justinianus. Sesudah itu filsafat Yunani kembali ke dalam sejarah.
Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan
yang signifikan. Pengkajian tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana
terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya ilmu-ilmu
spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu alam, gramatika,
filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini
menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama. Di samping itu,
dalam fase ini filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari
akal ke arah mistik.
Peralihan filsafat Yunani menjadi filsafat
Helen-Romawi disebabkan terutama oleh seorang yang bernama Alexandros, murid
Aristoteles. Tindakannya yang imperialis menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam
satu kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor
dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke India. Semuanya itu dijadikan beberapa
propinsi kerajaan Macedonia. Bahkan Imperium Persia, kekaisaran terbesar yang
pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga pertempuran.
Keadaan demikian menyebabkan filsafat Yunani bukan
lagi murni produk asli Yunani, tetapi telah terpengaruh oleh budaya bangsa
lain. Adat istiadat kuno bangsa Babilonia, beserta takhayul kuno mereka menjadi
tak asing lagi bagi pemikiran orang Yunani; demikian pula dualisme Zoroastrian
dan agama-agama India, pun membaur dengan pemikiran Yunani. Dan pada akhirnya
malihat kawasan yang ditaklukkan semakin luas, akhirnya Alexandros
memberlakukan kebijakan yang menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa
Yunani dengan bangsa lainnya.
Pada era ini, orang berpaling lagi kepada sistem
metafisika yang bercorak keagamaan. Dengan bersatunya beberapa bangsa yang
dipimpin oleh kerajaan Roma, telah merampas hak-hak bangsa lain yang ingin
merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk lagi hati
manusia untuk hidup beragama. Tindakan bala tentara Roma yang keras dan ganas
dapat memperkuat rasa kemanusiaan, dan dipupuk pula oleh berbagai macam agama
lama, yaitu agama Kristen dan Budha. Maka pada saat itu, ajaran filsafat dan
ajaran agama kembali berkontaminasi.
Menurut Bertrand Russell, pengaruh agama dan non
Yunani terhadap dunia Hellenistis pada dasarnya buruk, meski tak sepenuhnya
demikian. Hal ini semestinya tak perlu terjadi. Kaum Yahudi, Persia, dan
Buddhis semuanya memiliki agama yang jauh lebih unggul daripada politeisme
rakyat Yunani, dan bahkan bisa dipelajari oleh para filosof terbaik dengan
hasil yang bermanfaat. Sayangnya, adalah bangsa Babilonia, atau Chaldea, yang
menananamkan pengaruh paling mendalam terhadap imajinasi bangsa Yunani.
Maka dari itu, masa Hellen-Romawi adalah suatu fase
filsafat yang tidak hanya didominasi oleh filsafat asli Yunani. Akan tetapi
filsafat pada fase ini bisa dikatakan sebagai filsafat Trans Nasional. Menurut
Hatta, masa filsafat Yunani pada masa ini dalam garis besarnya dapat dibagi
dua; masa etik dan masa religi. Berikut penjelasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar